h2>Dating : “Hai, pagi aku duduk disini ya?”
“Hai, pagi aku duduk disini ya?”
“Hai, boleh.”
Hari pertama sekolah buat anak SMA setelah memalui MPLS beberapa hari lalu. Hari senin yg biasa bagi Nia hingga terdengar sapaan seorang lelaki yg tiba-tiba duduk disampingnya.
“Nama ku Riki”
“Nia”
Tidak lama kemudian walikelas masuk dan mulai memperkenalkan diri, meminta murid dalam kelas memperkenalkan diri satu persatu, dan sambil menyalurkan kertas untuk diisi data diri dan no telpon murid. Kertas tersebut sampai ditangan Nia, ditulis nama tanggal lahir dan no telpon nya, tak di duga Riki yang berada disampingnya melihat dan mengingat no telpon Nia.
Tringg. Ada SMS masuk ke hp Nia, “hi, ini Riki”
‘Bagaimana dia bisa tau nomor ku? Mau apa dia? Kok bisa?’ Nia yang bingung dengan seribu pertanyaan dikepalanya. Seorang gadis polos yang tidak pernah di dekati seorang cowok, tidak pernah ada yang menghubunginya kecuali keluarga dan ortu yg khawatir jika dia pulang lewat jam 6 sore. Tiba-tiba seorang cowok yang baru dikenalnya mengirimkan SMS yang bahkan tidak bisa dia balas.
Dua bulan sudah Riki dan Nia duduk sebangku, mereka sering mengerjakan tugas kelompok bersama. Dikelas ini ada beberapa teman SD dari Riki jadi selama ada tugas kelompok Nia selalu di ajak oleh Riki untuk bergabung dengan temannya.
Awalnya Nia yang diam menjadi banyak topik pembicaraan dengan Riki, dari tugas sekolah, soal-soal yg sulit untuk dikerjakan, hingga pembicaraan basa basi pada umum nya. Hubungan mereka berdua kian hari kian baik. Setiap pagi Riki selalu mulai menyapa Nia, dan setiap pulang sekolah Riki akan selalu bilang “hati-hati dijalan ya”.
Beberapa kali Riki dan Nia pergi keCafe bersama untuk mengerjakan tugas, tentu saja tidak hanya kerja tugas mereka sering kali membicarakan hobi masing-masing. Sudah seperti tahap pengenalan yang di lakukan remaja lawan jenis pada umumnya.
Hari-hari berlalu, Nia menjadi lebih memperhatikan Riki memikirkannya dalam segala hal yang di lakukan. Sayang dalam hati kecil Nia selalu ada kata “belum boleh pacaran” itu lah larangan orang tua nya dan Nia sendiri tidak ingin berpacaran selama sekolah. Oleh karena itu Nia selalu menganggap Riki adalah teman, teman yang selalu baik padanya. Memperlakukannya selayak teman-teman biasa.
Sekolah yang sudah mulai hampir menuju satu semester, Riki pun mulai akrab dengan teman lainnya. Perhatian Riki terhadap Nia perlahan-lahan memudar, Riki mulai asik dengan hobinya, dan teman-temannya yang lain. Nia mulai merasa sepi, bertanya-tanya ‘kenapa dengan Riki? Apa yang membuatnya berubah? Ada apa?’ perasaan sedih sepi dan hening mengelilingi Nia.
Hari itu, hari biasa bagi Nia yang baru sampai di sekolah menyimpan tas di tempat duduknya. Tiba-tiba terdapat rumor Riki sudah punya pacar.
‘APAAAA?!! Apa yang terjadi? Apa ini?’ Nia terdiam membeku terkaget-kaget tak bisa bicara. ‘apa yang sebenarnya terjadi’ hanya itu yang ada di pikiran Nia. Rumor tersebut ternyata benar, Riki berpacaran dengan cewek kelas sebelah yang memang terkenal cantik dan ramah kata orang bagai “bidadari”.
‘ahh begitulah, memang dia cantik, apa yang kupunya, aku sendiri tidak pernah berpikir untuk lebih dari teman’ itu yang di pikirkan Nia. Mungkin selama ini Riki juga tau apa yang Nia rasa, dan mulai mundur dari usahanya. Memilih untuk tidak mengganggu Nia lagi, memilih mejadi sekedar teman biasa seperti yang Nia mau.