in

Dating : Cerita Singkat di Sela Skripsian — Teman Makan Kamu

h2>Dating : Cerita Singkat di Sela Skripsian — Teman Makan Kamu

Encoh

Piter adalah seorang mahasiswa baru di salah satu kampus yang menyediakan fasilitas asrama selama satu tahun pertama. Di dalam asrama tersebut, Peter tinggal bersama tiga mahasiswa lainnya yang berasal dari berbagai daerah.

Kebetulan, hari ini tepat satu bulan pertama, Piter tinggal di asrama tersebut.

Tentu saja, semua berjalan biasa saja. Tidak mungkin Piter mengadakan perayaan satu bulan anniversary tinggal di asrama bersama teman-teman sekamarnya, seperti layaknya anak-anak alay yang selalu merayakan anniversary jadian setiap bulannya.

Meskipun begitu, sebenarnya masih ada perasaan bangga di dalam diri Piter karena sudah bisa bertahan di dalam asrama selama satu bulan pertama dengan baik.

Oleh karena itulah, di hari satu bulannya ini, ia memberikan penghargaan kepada dirinya sendiri dengan memesan paket hemat ayam goreng tepung untuk menu makan sore.

Bagi mahasiswa yang sehari-harinya hanya makan dengan nasi, tempe oreg, dan sayur tauge, paket hemat ayam goreng tepung sudah cukup untuk menjadi hadiah penghargaan bagi dirinya sendiri.

Di dalam paket tersebut, Piter mendapatkan nasi, ayam goreng tepung, dan segelas teh. Piter memakan menu makan sorenya tersebut di dalam kamar, di atas meja belajar keropos yang kalau saja dua orang bermain laptop bersama-sama maka meja itu akan ambruk.

Ketika sedang asik makan, Piter iseng melihat kemasan gelas plastik transparan dari teh yang ia beli. Di kemasan tersebut, Piter melihat sebuah tagline yang bertuliskan,

Teman makan kamu

Piter kembali melanjutkan makannya hingga selesai, kemudian merapikan sampah sisa makanannya dan membuangnya ke tempat sampah yang letaknya cukup jauh, yaitu di luar gedung asrama.

Setelah beres dengan urusan makannya, Piter mengecek kamar mandi asrama apakah sudah kosong atau belum.

Mendapati ada satu kamar mandi yang kosong, Piter cepat-cepat lari ke kamarnya, mengambil peralatan mandi, dan bergegas kembali ke kamar mandi, sebelum kamar mandi tersebut diambil orang.

Kamar mandi asrama memang spesial. Ia sering kali menjadi sebuah zona peperangan. Direbutkan puluhan mahasiswa, demi bisa bersama walau hanya sesaat.

Di saat tengah keramas dengan sampo sachet sisa dua hari yang lalu, Piter tiba-tiba saja teringat kembali mengenai tagline yang tadi dilihatnya di kemasan gelas plastik tehnya.

“Teman makan kamu? Mengapa tidak teman makanmu?” gumam Piter sambil menggosok kepalanya.

Sehabis mandi, Piter kembali ke kamarnya dan bersiap untuk melakukan kegiatan malam selayaknya para mahasiswa lainnya.

Kalau ada yang mungkin berpikir bahwa pekerjaan seorang mahasiswa adalah belajar terus-menerus, maka itu adalah sebuah kesalahan besar.

Mahasiswa masih termasuk manusia biasa yang tidak luput dari rasa malas. Dibandingkan harus belajar di malam hari, beberapa di antara mereka lebih memilih untuk menonton film, main social media, ataupun main game. Dan itulah yang dilakukan oleh Piter bersama teman-temannya di asrama sehabis mandi tadi.

Namun sayangnya, Piter dikenal sebagai orang yang selalu tidur lebih dulu dibandingkan teman-teman lainnya. Baru saja beberapa menit ia menghabiskan waktunya bersama teman-temannya, Piter sudah memutuskan untuk pergi tidur lebih dulu di kamarnya.

Tidak peduli dengan suara berisik yang diciptakan teman-temannya, ia tetap dengan santai tidur di bagian atas sebuah kasur tingkat yang disediakan asrama.

Di dalam tidurnya, Piter bermimpi mengenai dirinya berdiri sendirian di dalam sebuah kabut. Tak lama setelah itu, ia melihat sebuah bayangan hitam yang lewat di depannya dengan membawa sebuah papan peringatan.

Piter mencoba membaca isi papan tersebut.

Di papan tersebut bertuliskan,

Teman makan kamu

Saat Piter masih membaca tulisan tersebut, sosok bayangan hitam yang membawa papan peringatan tiba-tiba menoleh ke arah Piter dan menunjukkan matanya yang merah menyala.

Tanpa aba-aba, sosok bayangan hitam tersebut tiba-tiba saja membuang papan peringatan yang dipegangnya dan kemudian berlari mengejar Piter.

Piter tersentak, dadanya berdegub kencang. Saat sosok bayangan hitam itu hampir meraihnya, Piter pun terbangun.

Piter menghela napas lega, bersyukur apa yang dilihatnya hanya mimpi.

Masih dalam kondisi setengah sadar, ia mencoba mengamati sekelilingnya. Lampu di kamarnya sudah mati dan tidak lagi ada suara kegaduhan di luar kamar.

Hal semacam ini hanya bisa Piter temui di jam-jam lewat tengah malam, di saat teman-temannya yang lain juga sudah tertidur. Oleh karena itu, ia berpikir untuk sebaiknya kembali tidur sampai petugas asrama membunyikan bel yang menandakan waktu subuh.

Namun di saat ingin kembali tidur, Piter mulai bisa merasakan ada sesuatu yang aneh di kakinya. Sedikit ragu-ragu, ia memberanikan diri untuk coba melirik kakinya sendiri.

Tubuh Piter sedikit terkejut, seperti baru saja terkena sengatan kecil listrik.

Dengan bantuan cahaya yang masuk melalui celah udara di atas pintu kamar, samar-samar Piter melihat sesosok bayangan hitam misterius dengan mata merah menyala tengah memegangi kakinya.

Piter tidak mampu bergerak. Dirinya terlalu takut untuk menggerakan kakinya, apalagi melawan makhluk yang ia tidak ketahui itu. Mulutnya pun kaku, tidak lagi dapat ia gunakan untuk meneriakan permintaan tolong.

Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya pasrah. Ia kembali menutup matanya dan berharap sosok misterius tersebut cepat hilang.

Di saat Piter masih dipenuhi rasa takut dan kebingungan, tiba-tiba saja sosok bayangan hitam misterius itu menjilat kaki Piter.

Tubuh Piter kembali terkejut.

Makhluk itu terus menjilati kaki Piter sampai Piter bisa merasakan kakinya basah dipenuhi oleh air liur makhluk tersebut.

Kejadian itu berlangsung cukup lama. Beberapa menit? Mungkin beberapa jam? Piter sudah tidak tahu lagi kejadian itu terjadi selama berapa lama. Pada saat itu, ia hanya berharap agar kejadian mengerikan itu cepat selesai.

Setelah puas menjilati kaki Piter, bukannya berhenti dan pergi, sosok bayangan hitam itu justru tiba-tiba saja memasukan ibu jari kaki Piter ke dalam mulutnya dan menghisapnya.

Tubuh Piter lagi-lagi kembali terkejut.

Piter bisa merasakan ibu jari kakinya yang mengenai gigi-gigi dari makhluk itu. Gigi makhluk tersebut terasa datar, seperti layaknya gigi seri manusia.

Di samping itu, Piter mulai merasa putus asa. Akankah dirinya dimakan oleh makhluk misterius yang ada di kakinya itu? Ataukah sesuatu yang jauh lebih buruk akan terjadi?

Di saat Piter sudah kehilangan harapannya, suara bel asrama tiba-tiba berbunyi memenuhi gedung asrama. Bersamaan dengan suara bel tersebut, sosok bayangan hitam di kaki Piter menghilang.

Piter masih bisa merasakan sisa-sisa air liur di kakinya. Ia rasa, hal itu sudah cukup untuk memastikan bahwa dirinya tidak bermimpi.

Di pagi harinya, Piter coba menceritakannya kejadian tersebut kepada teman-temannya. Namun, tidak ada satupun dari teman-temannya yang percaya dengan cerita Piter. Semuanya beranggapan bahwa itu hanya mimpi Piter saja.

Beberapa hari setelah itu, Piter kembali mengingat kejadian seram itu. Ia teringat bahwa ketika suara bel berbunyi, ia juga mendengar kasur temannya yang berada di bawah Piter berdecit.

Read also  Dating : Beggar Of Love

What do you think?

22 Points
Upvote Downvote

Laisser un commentaire

Votre adresse e-mail ne sera pas publiée. Les champs obligatoires sont indiqués avec *

Tinder : I would have contacted her too.

Dating : First Date in 4 Years … Blown Off