in

Dating : [Jawabanku]

h2>Dating : [Jawabanku]

Terhitung seminggu Miko tidak menemukan jawaban setelah mabuk malam itu. Dan sudah seminggu ia memilih tidak pergi ke club hanya karena Kanaya membuat dirinya gila. Berkali-kali ia menghubungi Yaya sekedar ingin bertemu namun nyatanya Yaya sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Miko tahu ada yang salah malam itu, entah bicara atau kelakuhannya sehingga Yaya memilih untuk tidak ingin menemuinya. Dan jujur saja Miko bukanlah orang yang sabar, tapi Miko berhasil membuat temannya terkagum-kagum dengan kesabaran selama seminggu ini merenungi apa yang salah.

“Anjing! Lo beneran gak club seminggu, gilaaa. Rekor terlama seorang Miko sohib gue.” Bobby menepuk-nepuk pundak Miko seketika ia masuk ke studio Miko. Tempat persembunyian Miko saat ia ingin sendiri jauh dari keramaian dunia luar.

Miko menghela nafas kasar melihat kedatangan Bobby yang menurutnya sangat menyebalkan. Jujur ia sedang malas meneladeni Bobby.

“Ngapain lo kesini?!”

Bobby yang dengan santainya, mengambil satu batang rokok dan menyalakan dengan pemantik langsung duduk di sofa yang tersedia di sebelah kanan komputer Miko.

Ia mengisap rokoknya cukup lama dan menghembuskan pelan, “Mau liat kondisi sohib gue, gue kira udah wassalam. Oh ternyata masih sehat walafiat.”

“Bajingan.” Sahut Miko kembali fokus ke komputernya untuk melanjutkan bermain game nya yang tertunda.

“Lo beneran puasa, Ko?” tanya Bobby kembali menikmati rokoknya.

“Ko? Lo budeg apa gimana?”

Miko menghentakkan mouse nya kasar menatap Bobby jengkel. Karena omongan Bobby membuat tidak fokus dan game over. Berbeda dengan Bobby yang masih santai menghisap rokoknya beberapa kali.

“Goblok lo.” Lanjut Bobby mengetuk pelan rokoknya pada asbak. Ia menatap Miko yang menghela nafas kasar dan beberapa kali mengusap wajahnya frustrasi.

“Bob gue beneran gak inget apa yang gue lakuin malem itu? Sumpah gue rasanya mau gila.”

“Bukan mau sih. Emang udah gila.” Sahut Bobby cepat.

“Sialan lo kalo cuma mau goblok-goblokin gue enyah sana.”

“Ya lo nya tolol!” seru Bobby lama-lama ia kesal sendiri. Miko percuma punya wajah tampan tapi masalah seperti ini payahnya luar biasa. Miko kembali mengacak rambutnya frustrasi. Dia yakin Bobby tahu sesuatu, tidak mungkin tidak.

“Lo suka Yaya beneran?” tanya Bobby menatap serius Miko yang sudah sangat putus aja. Miko hanya mengangguk lemah, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

“Kalo Rena?” Mino menoleh cepat, dahinya mengrenyit mendengar pertanyaan Bobby yang tiba-tiba.

“Kenapa bahas Rena. Dia udah gak ada sangkut pautnya sama gue.”

Bobby mendecih pelan, “Itu ketololan lo.”

“Maksud — ”

Miko membelalakkan matanya terkejut, beberapa potongan ingatan malam itu tiba-tiba menghantam isi kepalanya.

SHIT !!”

Miko langsung meraih ponsel dan kunci mobil, ia langsung berlari keluar studio meninggalkan Bobby yang menghela nafas kasar. Memang bodoh sahabatnya satu itu.

Miko bergegas menuju mobilnya, ia harus cepat-cepat meluruskan segalanya. Astaga, Miko benar-benar bodoh. Tolol lebih tepatnya. Sebelum Yaya semakin menjauh darinya.

— malam itu

“Kanaya, mungkin ini bakal kedengeran gila. But I always wonder what it’s like to be loved by you. I mean, not as a bestfriend like this. Maybe more? Like a lover. Lo bakal gimana ke gue setelah gak ada status teman yang menyekat kita lagi? Apa bakal banyak yang berubah? Apa mungkin gue bisa luluhin lo dan bikin dinding pertahanan yang lo bangun selama ini hancur perlahan? Lo pernah bayangin gak sebaliknya?”

Yaya hanya diam, mendengarkan setiap kata yang Miko ucapkan. Lebih tepatnya kata-kata yang juga ia harapkan keluar darinya.

“Dan… Yaya mau gak bantu ngejawab semua pertanyaan tadi?”

Yaya cukup lama terdiam, merenungkan segala pertanyaan Miko barusan. Banyak hal yang ia pertimbangkan, ia belum bisa membayangkan bagaimana kedepannya nanti jika Yaya bersama Miko dengan ikatan yang berbeda. Dan Yaya tidak siap, bukan karena apa. Tapi Yaya tahu tentang Miko. Yaya tahu segalanya tentang Miko.

“Miko?”

“Hm?” Miko melepaskan pelukannya menatap Yaya dengan tersenyum meski pandangan Miko tidak fokus akibat pengaruh alkohol.

“Miko, kalau misal yang ada dihadapan kamu ini Rena. Kamu bakal gimana?”

“Rena?”

Yaya mengangguk, “Kalau dihadapan kamu Rena bukan Yaya, Miko bakal gimana?”

Miko tersenyum, “Gue bakal minta Rena tetep disisi gue. Gue sayang Rena.”

Dan setelah itu Miko ambruk di pelukan Yaya yang masih terdiam mendengar segala ucapan Miko barusan. Ia tesenyum mengangguk, Miko hanya mabuk sehingga bicaranya melantur. Dan Yaya harusnya lega, tapi mengapa sesesak ini.

Miko memukul setirnya, ingatannya kembali pulih total. Dan sialnya, sialnya harus ada Rena. Rena bagian masa lalunya, yang sudah cukup harus Miko buang. Semua hidup Miko berubah hanya karena Rena. Miko yang lembut berubah kasar, Miko yang manis berubah menjadi brengsek. Dan semua gara-gara mantan kekasihnya, Rena. Si wanita yang meninggalkan Miko untuk menikah dengan selingkuhannya.

Hidup Miko benar-benar hancur ketika ia tahu Rena sudah mengandung anak dari selingkuhannya. Miko benar-benar membencinya, namun tidak dipungkiri Rena pernah berada di hatinya. Rena juga yang menghiasi hari-hari Miko. Segalanya tentang Rena, dan Miko sangat mencintainya jujur saja.

Tapi tidak untuk sekarang Miko, tidak mencintai Rena. Jika sebatas sayang mungkin memang masih tersisa. Tapi tidak untuk kembali. Miko sekarang gila karena Yaya. Miko benar-benar gila ketika tidak tahu kabar Yaya. Dan Miko sudah menyadari cukup lama jika hidupnya semua berpusat pada Kanaya.

Miko menunggu di depan kantor Yaya setelah beberapa kali ia mengirimi pesan. Ia benar-benar harus bertemu Yaya.

From : Yaya

Kalo aku lembur gimana Mik? Ini aku kayaknya lembur.

To : Yaya

Gue tungguin sampai selesai.

Kira-kira begitu isi pesan terakhir yang Yaya baca. Sebenarnya ia hanya ingin alasan saja, ia masih belum ingin bertemu Miko. Tapi pada akhirnya ia luluh ketika Miko benar-benar menungguinya sampai usai. Dan Yaya bergegas menghampiri Miko yang kini tengah mondar-mandir di sekitar mobil.

“Miko, kamu ngapain nungguin aku?” tanya Yaya setelah menghampiri Miko yang kini tengah tersenyum lebar kearahnya.

Miko senang bisa melihat raut khawatir Yaya, artinya ada kesempatan untuk segera menjelaskan semuanya.

“Lo gak jadi lembur?” tanya Miko melepas jaket untuk ia pasangkan ke Yaya mengingat hawa semakin dingin akibat angin malam. Jika dihitung Miko sudah menunggu Yaya sekitar 5 jam di depan kantor.

“Ada yang mau gue omongin. Tolong jangan ngehindar dulu dari gue ya? Gue mohon.”

Yaya mengangguk mengiyakan, lagi pula tidak ada alasan lagi tidak mendengar permintaan dari Miko yang sepertinya tulus. Hanya saja ia tidak tahu apakah nanti ia siap dengan segala yang Miko katakan, atau tidak.

“Kamu mau ngomong apa?” tanya Yaya setelah mobil melaju membelah ramainya kota.

Miko menoleh sejenak lalu kembali menatap lurus ke depan, “Gue mau minta maaf.”

“Soal?” tanya Yaya mengalihkan pandangannya menuju luar jendela. Ia menduga-duga tentang apa yang Miko jawab tentang permintaan maaf. Yaya harap itu adalah kesalahan saat itu.

“Ya? Lo denger gue, ‘kan?” tanya Miko pelan saat melihat Yaya menatap keluar jendela dengar mata terpejam.

“Denger. Kamu mau ngomong, ngomong aja aku dengerin.”

Miko yang merasa tak benar bicara di dalam mobil akhirnya melajukan mobilnya cepat menuju apartemen Yaya. Setidaknya bicara di sana, bisa dua arah.

Sampai di basement apartemen Yaya mereka berdua terdiam. Baik Yaya dan Miko sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

“Yaya sebenernya gue apa di mata lo?” tanya Miko memecah keheningan.

“Kamu temen aku, sahabat aku kenapa emang, Ko?”

Miko mengusap wajahnya, “Yaya gue serius yang waktu itu? Seminggu yang lalu. Gue serius sama perkataan gue.”

“Yang mana? Yang tentang Adhit? Apa yang tentang Rena?”

“Yaya…”

“Aku gak masalah mau kamu masih sayang sama Rena, Rena itu, aku gak peduli. Itu hak kamu. Tapi aku gak mau jadi bahan pelampiasan kamu.”

“Yaya jangan nyimpulin kayak gitu dulu. Dengerin gue dulu.”

Miko meraih dan menelungkup kedua pipi Yaya untuk ia hadapkan kepadanya. Mencoba melihat mata yang selalu ingin ia selami lebih dalam, namun tidak untuk kali ini Yaya memilih menunduk. Yaya enggan menatap dirinya.

“Naya, gue sebrengsek itu ya?” nafas Yaya tercekat ketika mendengar Miko memangil nama kecilnya ‘Naya’. Panggilan yang hanya Miko berikan pada Yaya.

“Kalo emang iya gue sebrengsek itu. Gue emang pantes nerima, dan lo juga gak pantes dapet cowok sebrengsek gue. Gue nerima, tapi dengerin baik-baik.”

“Gue suka sama lo, Naya. Gue udah coba sebisa mungkin menyangkal hal ini tapi gue gak bisa. Kalo lo ngira sisa-sisa rasa sayang gue ke Rena ada. Gue jawab iya masih ada. Rena pernah jadi bagian hidup gue, tapi kalo ditanya gue masih suka sama Rena gue jawab enggak sama sekali. Rena udah masa lalu yang udah gue bersihin dari hati gue sejak lama.” Jelas Miko sejujur-jujurnya. Setidaknya jika memang Yaya tidak bisa menerimanya, hatinya lega.

Miko mengusap pelan pipi Yaya, menatap wanita didepannya itu yang masih terdiam membisu. Putus asa, tentu saja. Jika Miko bisa memendam perasaan ini, ia sudah pendam demi persahabatan mereka. Nyataya Miko bukan orang yang bisa hanya diam seperti pengecut.

“Miko, kamu seyakin apa sama perasaan kamu? Kalau itu rasa suka? Kalau itu benar-benar tulus?”

Miko lumayan tertegun dengan pertanyaan Yaya. Ternyata ia seburuk itu dimata Yaya. Miko melepaskan tangannya dari pipi Yaya, ia tersenyum tipis.

“Nay, ternyata gue seburuk itu di mata lo. Sekalipun gue tulus kalau lo masih ragu percuma. Sekarang tinggal gimana lo menilai. Kalo lo percaya, buat gue berjuang Nay, kalo lo gak percaya tolak gue sekarang.”

“Gue bukan tipe orang yang pengecut, yang tidak siap konsekuensi atas apa yang gue lakuin. Lo tahu persis gimana gue, jadi ketika lo mempertanyakan ketulusan gue lebih baik — ”

“Miko cukup.” Potong Yaya membuat Miko terdiam dengan helaan nafas kasar. Namun setelah itu ia tersenyum menoleh menatap Yaya dengan lekat.

“Iya gue terima jawaban lo. Setelah ini anggap aja gue gak pernah bicara kayak gini. Kita tetep temenan, ‘kan?”

Yaya menghembuskan nafas panjang, lalu memutar bola matanya. “Aku gak mau temenan sama kamu lagi.” Jawab Yaya melepas sabuk pengaman dan langsung ke luar dari mobil Miko.

Disitu Miko benar-benar hancur, ia menunduk dan beberapa kali memukul setir nya. Ia tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Yaya pergi lalu siapa yang akan jadi rumahnya sekarang.

Tok tok tok

Miko mengangkat kepalanya, terkejut ketika Yaya mengetuk kaca mobilnya. Ia melihat Yaya tersenyum di luar kaca mobilnya.

“Kamu gak laper? Gak mau turun?” tanya Yaya membuat senyum Miko kembali memgembang. Benar-benar lebar, dengan segera Miko membuka pintu mobil dan segera memeluk gadis itu dengan beberapa kali ia mencium kepalanya lantaran bahagia.

“Gue bakal buat lo percaya sama omongan gue. Makasih, karena udah ngasih kesempatan. Kalo suatu saat aku bikin kamu kecewa just leave me, Nay.”

“I love you more than you know, Miko.”

Shout out to azharia ~

Please check her for first part. Enjoy guys!

Read also  Dating : REDTUBE ME

What do you think?

22 Points
Upvote Downvote

Laisser un commentaire

Votre adresse e-mail ne sera pas publiée. Les champs obligatoires sont indiqués avec *

Dating : thank god you put sugar and cream in your coffee because i prefer mine black and i don’t know what…

Dating : Our Marriage Was Falling Apart. Here’s How We Saved It.