Dating : #kitabedasudutpandang

Pernah dalam Sangkar

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berproses dan mampu mengalami perubahan. Menciptakan masa lalunya masing — masing sampai mereka menemukan jati dirinya. Pernah mencicipi 1 / 2 hal yang menurut mereka ingin dicoba, dijelajahi, dieksplor dll. Yang pada akhirnya arti dari apa yang telah di cari membuahkan suatu pelajaran untuk diri sendiri.

Menurut gue gak ada salahnya ‘memandang’ setiap orang dengan bayangan masa lalunya, label yang kalian ciptakan untuk orang itu. Tapi tidak menghakimi hanya karena dia melakukan kesalahan. Apalagi ketika kalian menjinjing opini kalian tentang orang tersebut kepada orang lain.

Ya emang siapa sih yang gak pernah melakukan kesalahan? Kamu?

Sebenernya ruang yang kaya gimana sih?

Ibarat, 3 pasang burung dengan tempat yang berbeda. Pertama adalah sepasang burung yang memilih tinggal di dalam kardus kecil dengan 1 lubang bernafas untuk berdua. Memperkecil resiko 1 sama lain untuk melarikan diri juga bukan? Dan sepasang burung lainnya berada di dalam sangkar burung yang layak. Sangkar burung pada umumnya, memiliki rongga — rongga untuk bernafas dari segala arah. Mampu terbang bebas pada sangkarnya. Walaupun hanya bisa melihat sekitar dari dalam saja. Namun penglihatannya bisa melihat dengan jelas apa yang ada di luar. Sepasang burung terakhir adalah burung yang hidup di alam bebas. Beriringan terbang kemana pun, sampai kapanpun. Mampu melihat bahaya dan indahnya alam bebas. Bertahan hidup tanpa tersiksa oleh apapun yang MEMBATASI MEREKA.

Itu adalah gambaran gue tentang ruang dalam setiap hubungan.

Bukannya hanya memiliki 1 lubang pernafasan untuk berdua terlalu menyiksa? Sedangkan kita masih bisa MEMILIH tinggal seperti sepasang burung ke — 2 atau bahkan yang ke — 3. Terkesan membuat kita mati tidak bisa bernafas ketika pasangan kita memilih bernafas untuk dirinya sendiri. Caranya gimana supaya tidak mati? Tinggalkan tempat tinggal yang lama (pasangan kalian) cari apa yang membuat kalian bahagia dengan cara kalian. Bagaimana dengan pasangan kedua? Artinya mereka mampu menghargai pilihannya masing — masing. Memiliki kecocokan dalam memilih tempat tinggal. Bahkan ketika salah satu burungnya melihat dengan bebas apa yang ada di luar, dia memilih tetap tinggal karena dia mensyukuri tempat tinggalnya dan bernafas dengan cukup.

Lalu bagaimana dengan burung terakhir? Pasangan burung yang memiliki toleransi tinggi dalam berbagi. Mewujudkan mimpi mereka bersama. Sadar saat dia memiliki rumah untuk pulang. Sejauh apapun mereka berpisah, masih terus diberi kesempatan bertemu karena Tuhan yang memberikan izin kepada mereka. Seperti sejauh apapun benang terulur, akan kembali di pertemukan sampai Tuhan memerintahkan malaikatnya untuk mencabut nyawa salah satunya.

Gue salah satu yang pernah berada di posisi pasangan burung pertama. Lalu memilih meninggalkan tempat tinggal gue untuk menemukan kebahagiaan gue sendiri. Mencari penyembuhan untuk bangkit. Menemukan kehidupan normal pada umumnya. Gue kira gue butuh orang yang bebas kaya pasangan burung ke-3. Ternyata salah. Gue melewati 1 tahap pertama.

Ternyata gue butuh orang yang damai dan tenang. Orang yang pernah berada di posisi yang sama. Lalu belajar akan kesalahan itu dan mencoba berada di sangkar ke — 2. Menikmati 1 pemikiran yang sama. Bahkan tidak pernah merasa terancam. Mampu membatasi diri dalam menuangkan perasaan. Menghindari kekecewaan. Hati — hati dalam langkahnya.

Kita bertemu atas izin waktu. Dipertemukan saat sudah saling belajar. Kemungkinan besar, kita lupa untuk melakukan kesalahan yang sama. Karena, kita sadar. Kita butuh ruang.

Kita pernah dalam sangkar, terima kasih waktu. Sudah jadikan yang lalu hilang. Di beri kebebasan untuk bernafas. Sesungguhnya, penjahat itu kehendak kita mengiyakan dan menginginkan siksaan menjadi lebih lama lagi. Jangan takut berhenti, kamu cuma salah arah. Kamu tidak mati.

Hasil evaluasi diri bersama Willy Sulung #2020